Akibat letusan yang dikeluarkan Gunung Anak Krakatau (GAK) ratusan nelayan yang berada di Kecamatan Cinangka, Serang, Banten tidak melaut, mereka khawatir material yang dikeluarkan akan membahayakan mereka.
"Saya sudah tiga hari ini tidak berani turun ke laut, khawatir akan terkena batu material yang berjatuhan dari Gunung Anak Krakatau," kata nelayan Desa Pasauruan, Cinangka, Sarbini, Jumat (29/10/2010).
Dia menjelaskan, bukan saja ia yang tidak berani melaut, namun juga ratusan nelayan yang lainnya tidak berani turun.
"Kalaupun ada nelayan yang melaut, itu tidak jauh dari bibir pantai," katanya.
Senada diungkapkan Kasmin, dia tidak melaut karena kekawatiran yang sama.
Menurut Kasmin status waspada yang ditetapkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, mencari ikan di laut tidak dilarang. "Asalkan tidak mendekat di radius 4 kilo meter, saya rasa aman," katanya menjelaskan.
Berbeda dengan nelayan di Anyer. Sejumlah nelayan disana masih melakukan aktifitasnya. "Kalau saya masih tetap melaut, hanya saja memang tidak terlalu mendekat di daerah GAK," kata Doni.
Nelayan di Anyer, tidak berani turun ke laut jika gelombang tinggi. "Sejauh ini sih nelayan yang biasanya sandar di Paku, tidak turun ke laut jika gelombang diatas dua meter," katanya.
Petugas Pos Pengamatan GAK di Desa Pasauruan, Kecamatan Cinangka, Sikin mengaku sudah sejak dua hari ini aktivitas nelayan di sekitar GAK tidak terlihat.
"Betul, saya melihat tidak ada nelayan di Cinangka yang berani melaut ke tengah," katanya.
Hal tersebut dikarenakan adanya aktifitas GAK yang kerap mengeluarkan letusan dan material seperti batu.
"Saya menghimbau kepada nelayan untuk tidak mendekat ke GAK hingga radius empat kilo meter," katanya.
Diketahui, Pos Pemantau GAK di Cinangka pada 28 kemarin mencatat, telah terjadi letusan sebanyak 117 kali, hembusan 56, tremor atau gerakan 102.
Sinar api terlihat dua kali dengan ketinggian asap 1500 meter berwarna putih kelabu menggumpal, Vulkanik dangkal 61 dan Vulkanik dalam 12.
0 komentar:
Posting Komentar