Pemerintah China menyatakan kecemasannya dengan perkembangan kontak senjata di semenjung Korea, pada Selasa (23/11/2010). Perkembangan informasi yang terakhir, diduga Korea Utara telah memulai perang melawan Korea Selatan.
"Kami berharap, kedua Korea tersebut bisa saling menahan diri dan tidak terpancing dengan hal-hal yang makin memperkeruh ketegangan," kata Hong Lei, juru bicara Kementerian luar negeri China, kepada para wartawan.
"Sangat penting meneruskan kembali perundingan enam negara mengenai persenjataan nuklir, yang sempat terhenti," tambahnya.
Menurut Hong Lei, pemerintah China benar-benar cemas dengan ketegangan hubungan yang terus meningkat antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Pemerintah China juga sangat hati-hati mencermati laporan tentang tembakan artileri yang dilakukan Korea Utara terhadap Korea Selatan yang menimbulkan korban tewas.
"Kami mendengar laporan-laporan perkembangan ketegangan dua Korea. Namun, kami perlu konfirmasi tentang serang yang telah dilakukan Korea Utara, yang menewaskan marinir Korea Selatan," katanya.
China yang merupakan sekutu penting Korea Utara ini, terus memberi dukungan ekonomi dan diplomatik tersebut, saat ini dalam posisi yang tertekan.
Pengakuan pejabat Korea Utara seputar peningkatan pengayaan uranium kepada Siegfried Hecker, pakar nuklir AS saat berkunjung ke fasilitas nuklir Yongbyon, memaksa China harus mengambil sikap.
Para pejabat militer Korea Selatan mengatakan, serangan mendadak yang dimulai pada pukul 14.34 waktu setempat itu telah menewaskan seorang marinir dan melukai 13 tentara lainnya.
Sejumlah rumah di pulau itu terbakar, tetapi korban sipil belum diketahui. Korea Selatan telah memerintahkan militernya untuk berada dalam kondisi siaga tertinggi menyusul serangan tersebut.
Sumber: REUTERS, Xinhuanet.com
0 komentar:
Posting Komentar