Selasa, 02 November 2010
Mengetahui Jenis Kelamin Bayi dengan Tes Darah
Bagi kalian pasangan suami-istri yang ingin mengetahui jenis kelamin buah hati yang mereka nantikan tak perlu lagi melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) atau menunggu hingga lima bulan masa kehamilan, berikut ini hal - hal yang perlu diperhatikan.
Para ilmuwan di Israel telah berhasil mengembangkan metode sederhana untuk mengintip jenis kelamin bayi hanya dengan cara tes darah saat kehamilan memasuki usia tujuh minggu atau sekitar dua bulan.
Seperti dilansir The Daily Mail, deteksi ini cukup simpel dan sama sekali tidak akan mengganggu janin bayi. Dengan membayar sekitar 300 poundsterling atau sekitar Rp 5.200.000, pasangan suami istri dapat memastikan apakah anak yang mereka nantikan berkelamin laki-laki atau perempuan.
Meski temuan ini merupakan terobosan baru, tetapi sebagian kalangan menilainya dengan cuku skeptis. Mereka khawatir kalau deteksi yang sangat dini pada awal kehamilan akan memicu tindakan aborsi pada sejumlah wanita terutama apabila bayi yang dikandung tidak sesuai dengan yang harapan mereka.
Apalagi di beberapa negera, masih berlaku budaya yang mengharuskan seorang ibu melahirkan bayi laki-laki demi meneruskan garis keturunan. Di sejumlah wilayah Afrika dan kawasan Asia seperti India, China dan Korea Selatan, rata-rata kasus aborsi janin perempuan terbilang tinggi.
Tes darah untuk mengintip jenis kelamin bayi ini dikabarkan sudah tersedia di Amerika Serikat, Israel dan beberapa negara Eropa. Secara prinsip, tes ini dilakukan untuk mendeteksi kehadiran kromosom pria ‘Y’ dari DNA janin yang masih dalam kandungan. Untuk mengetahuinya, cukup dengan cara mengambil sampel darah si ibu.
Sel pria dipastikan mengandung sepasang kromosom XY sedangkan sel wanita mengandung sepasang kromosom XX. Jika ternyata kromosom Y terdeteksi dalam darah ibu, maka dokter akan memastikan kelamin bayi adalah laki-laki, dan jika tidak maka bayinya perempuan.
Berdasarkan laporan, tes darah ini memiliki tingkat akurasi hingga 99 persen. Tes ini dikembangkan oleh Dr Esther Guetta, dari Sheba Medical Centre di Tel Aviv, dan awalnya dikembangkan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan atau penyakit genetik pada janin seperti kelainan darah haemophilia.
"Jenis kelamin dapat dideteksi sangat dini, dari setidaknya sejak tujuh minggu masa kehamilan. Dan bahkan menurut sejumlah penelitian bisa lebih awal lagi. Jika seorang perempuan ingin dan mampu untuk melakukannya, tidak etis bila kita mencegah mereka," ujar Guetta.
0 komentar:
Posting Komentar