Berbicara masalah Merapi, rasanya kurang bila tidak menyinggung sosok Mbah Marijan.
Juru Kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan, menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah mengenai aktivitas gunung berapi yang terus meningkat itu. Pemerintah menyambut baik sikap Mbah Maridjan yang kooperatif tersebut.
"Suatu hal yang positif, kita menyambut baik, itu informasi yang menyejukkan," ujar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, Kamis (21/10/2010).
Surono mengatakan sikap Mbah Maridjan ini akan menjadi sebuah kolaborasi yang baik dengan pemerintah. Selama ini juga Mbah Maridjan dinilai cukup kooperatif dan komunikatif.
"Selama ini juga kita respek dengan beliau, tapi bukan berarti kita
berspekulasi," tambahnya.
Mengenai status Merapi, saat ini masih berstatus waspada dan belum meningkat menjadi siaga. Namun dia tidak bisa memprediksi kenaikan status Merapi selanjutnya.
"Merapi masih waspada, belum naik statusnya. Tidak ada kepastian kenaikan status menjadi siaga atau awas," jelas Surono.
Menurut Surono, ciri peningkatan aktivitas Merapi saat ini berbeda dengan aktivitas Merapi pada 2006. Pihaknya tidak bisa berandai-andai karena menyangkut kehidupan orang banyak.
"Persiapan Merapi bukan hanya pemantauannya saja, tapi dilihat dari seismik gempa, kembang kempis gunung dan gas yang dikeluarkan. Tapi parameter ini terus menunjukkan peningkatan," paparnya.
Oleh karena itu, lanjut Surono, masyarakat sejak lama sudah dibiasakan menerima informasi dari pemerintah daerah, baik menanyakan langsung atau dari media informasi. Masyarakat pun sudah tahu dan sudah siap kapan pun diungsikan.
"Kita tidak bisa memberi kepastian karena alam memberi kepastian tapi hanya tanda-tanda," ungkapnya.
Sebelumnya Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Anwar Sadat mengatakan, Mbah Maridjan menyerahkan sepenuhnya kepada otoritas pemerintah yang berwenang untuk menentukan status Merapi.
"Mbah Maridjan menyerahkan kepada pemerintah. Mengungsi atau tetap tinggal dia serahkan sepenuhnya kepada pemerintah dan mendukungnya," kata Anwar.
Nama Mbah Maridjan moncer saat Merapi meletus 2006. Kala itu Mbah Maridjan menolak mengungsi karena dia mengaku mendapat tugas dari (alm) Sultan HB IX untuk menjaga Merapi dan belum ada perintah baginya untuk pergi. Padahal HB X yang juga Gubernur Yogyakarta telah meminta Mbah Maridjan untuk turun gunung. Mbah Maridjan mengabaikan permintaan HB X karena menganggap anak HB IX itu bukan raja, melainkan gubernur. Nama Mbah Maridjan yang menjadi bibir membuat sebuah perusahaan minuman energi mengontraknya sebagai bintang iklan. Rosa!
"Suatu hal yang positif, kita menyambut baik, itu informasi yang menyejukkan," ujar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, Kamis (21/10/2010).
Surono mengatakan sikap Mbah Maridjan ini akan menjadi sebuah kolaborasi yang baik dengan pemerintah. Selama ini juga Mbah Maridjan dinilai cukup kooperatif dan komunikatif.
"Selama ini juga kita respek dengan beliau, tapi bukan berarti kita
berspekulasi," tambahnya.
Mengenai status Merapi, saat ini masih berstatus waspada dan belum meningkat menjadi siaga. Namun dia tidak bisa memprediksi kenaikan status Merapi selanjutnya.
"Merapi masih waspada, belum naik statusnya. Tidak ada kepastian kenaikan status menjadi siaga atau awas," jelas Surono.
Menurut Surono, ciri peningkatan aktivitas Merapi saat ini berbeda dengan aktivitas Merapi pada 2006. Pihaknya tidak bisa berandai-andai karena menyangkut kehidupan orang banyak.
"Persiapan Merapi bukan hanya pemantauannya saja, tapi dilihat dari seismik gempa, kembang kempis gunung dan gas yang dikeluarkan. Tapi parameter ini terus menunjukkan peningkatan," paparnya.
Oleh karena itu, lanjut Surono, masyarakat sejak lama sudah dibiasakan menerima informasi dari pemerintah daerah, baik menanyakan langsung atau dari media informasi. Masyarakat pun sudah tahu dan sudah siap kapan pun diungsikan.
"Kita tidak bisa memberi kepastian karena alam memberi kepastian tapi hanya tanda-tanda," ungkapnya.
Sebelumnya Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Anwar Sadat mengatakan, Mbah Maridjan menyerahkan sepenuhnya kepada otoritas pemerintah yang berwenang untuk menentukan status Merapi.
"Mbah Maridjan menyerahkan kepada pemerintah. Mengungsi atau tetap tinggal dia serahkan sepenuhnya kepada pemerintah dan mendukungnya," kata Anwar.
Nama Mbah Maridjan moncer saat Merapi meletus 2006. Kala itu Mbah Maridjan menolak mengungsi karena dia mengaku mendapat tugas dari (alm) Sultan HB IX untuk menjaga Merapi dan belum ada perintah baginya untuk pergi. Padahal HB X yang juga Gubernur Yogyakarta telah meminta Mbah Maridjan untuk turun gunung. Mbah Maridjan mengabaikan permintaan HB X karena menganggap anak HB IX itu bukan raja, melainkan gubernur. Nama Mbah Maridjan yang menjadi bibir membuat sebuah perusahaan minuman energi mengontraknya sebagai bintang iklan. Rosa!
0 komentar:
Posting Komentar