Hidup di negara tropis dengan sengatan sinar matahari yang tinggi menjadi masalah bagi kebanyakan perempuan Asia. Terutama bagi mereka yang mendambakan kulit putih dan menghindari kulit gelap karena paparan sinar matahari. Pemahaman yang umum dari kebanyakan perempuan adalah mengaplikasikan tabir surya dengan kandungan SPF setinggi-tinginya. Ini salah kaprah, katacosmetodermatologist tropical, Dr Retno Iswari Tranggono, SpKK, pendiri Ristra Group.
Menurut Dr Retno, masih banyak perempuan yang belum teredukasi dengan baik mengenai kegunaan SPF. Sementara serbuan produk kosmetik yang menjual manfaat SPF untuk melindungi kulit dari sinar matahari, tetap tinggi.
"Masyarakat sudah teredukasi namun konsumen ada yangsmart, ada yang tidak. Banyak yang masih berpikir produk dari luar negeri pasti bagus," jelas Retno, usai temu media di Grand House of Ristra, Radio Dalam, Jakarta Selatan, Rabu (26/1/2011) lalu.
Dermatologis yang konsisten meramu kosmetik berbasis medis lebih dari 20 tahun ini menegaskan, SPF tidak tepat untuk orang Indonesia. Produk dengan kandungan SPF tinggi, seperti yang banyak diproduksi di luar negeri, cocok untuk mereka yang tinggal di negara empat musim. Sementara, katanya, orang yang tinggal di negara tropis memiliki kebutuhan serta kondisi kulit yang berbeda.
"SPF membuat pencoklatan kulit yang lebih cepat, membuat pigmen kulit lebih besar. SPF dirancang untuk orang luar negeri karena mereka kekurangan pigmen," jelasnya.
Negara tropis, jelas Retno, kaya sinar ultraviolet (UV). Disadari atau tidak, lanjutnya, UV menembus kulit yang menimbulkan radikal bebas. Radikal bebas inilah yang kemudian masuk ke seluruh sistem tubuh. Jadi, yang dibutuhkan perempuan Indonesia adalah produk kosmetik yang mengandung pelindung kulit dari UV, bukan level SPF yang semakin tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar