Kepala sub bagian Humas Polres Demak AKP Sutomo memperlihatkan barang bukti senjata tajam yang diamankan dari komunitas anak punk di Demak, Senin (21/3/2011). |
Satuan Reserse dan Kriminal Polres Demak, Jawa Tengah, Senin (21/3/2011) mengamankan 11 anak punk yang diduga kerap berbuat onar dan mengganggu ketertiban.
Mereka diringkus aparat saat beroperasi di pertigaan Jalan Sultan Trenggono dan perempatan Zebor jalur lingkar selatan. Dalam razia para gembel jalanan ini, petugas berhasil mengamankan sejumlah atribut sebagai identitas mereka dan juga menyita senjata tajam berupa 2 bilah celurit,1 bilah golok, 1 bilah sangkur dan 1 bilah badik.
Senjata tajam tersebut digunakan untuk mengancam dan menakuti para pengguna jalan. Menurut Kepala sub bagian Humas polres Demak AKP Sutomo, dalam menjalankan aksinya, anak-ana punk ini berpura-pura mengamen atau menawarkan jasanya dengan membersihkan kaca mobil pengendara.
Namun, bila tidak diberi uang, komunitas yang mengusung semboyan anti- kemapanan itu mengancam pengendara dengan senjata tajam yang disembunyikan di balik bajunya. Bahkan, mereka tidak segan-segan melakukan penganiayaan dan melukai korbannya.
Adapun kesebelas remaja itu adalah Shofi Yulloh (22) warga Morodemak Kecamatan Bonang Demak, Ica (17) warga Tanahmas Semarang, M Husaini (16) warga Purworejo Bonang, Danu Hardiyanto (15) warga Purworejo Bonang, Miftakhul Huda (16) warga Bonangrejo Bonang, Lukmanul Hakim (34) warga Purworejo Bonang, Andika als Klontong (22) warga Bonangrejo Bonang, M Lutfi Hakim alias Klotuk (21) warga Morodemak Bonang, Rahmad Hidayat (16) warga Purworejo Bonang, Khairuman (22) warga Bonangrejo Bonang. Dan satu orang masih di bawah umur yakni Riski Isatulloh alias pesek (10) warga Genuk Semarang.
"Penangkapan para penjahat jalanan ini berawal dari laporan warga yang merasa resah dengan ulah mereka. Setiap hari kami mendapat sms warga" katanya.
Lebih lanjut Sutomo menjelaskan, keberadaan anak punk di Demak kian menjamur dalam beberapa bulan terakhir. Selain sering melakukan berbagai tindak kriminal, mereka diduga kerap melakukan praktik seks bebas.
Shofi Yulloh alias Sopek mengaku keberatan apabila komunitasnya dicap sebagai tukang bikin onar. Mereka ke jalan semata mata hanya mencari uang dengan cara mengamen. Sedangkan senjata tajam yang disita petugas, digunakan untuk berjaga-jaga karena komunitasnya sering diserang kelompok lain. "Kami membawa senjata bukan untuk menakuti orang, hanya untuk pelindung diri. Hidup di jalan itu kan keras," katanya membela diri.
0 komentar:
Posting Komentar