Berita Uptodate (tekno) — Pengembangan konten animasi adalah salah satu bidang industri digital yang bisa didorong di dalam negeri. Untuk memberikan inspirasi kepada pelaku pengembang konten animasi, sejumlah duta besar berbagi pengalaman pengembangan animasi di berbagai negara dalam Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI).
Bertempat di Cendrawasih 3 Jakarta Convention Center, acara yang diberi nama Ambassador Connect ini menghadirkan lima duta besar RI. Mereka adalah duta besar RI untuk Selandia Baru, Arab Saudi, Inggris, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Acara ini digelar pada Kamis (7/7/2011).
Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Agus Sriyono, menyampaikan kesuksesan film Avatar yang sarat dengan konten digital animasi dan efek visual. Selandia Baru menyerap tenaga kerja sekitar 7.000 orang, tidak termasuk tenaga kontrak jika ada film baru. Film Lord of The Ring menyerap tambahan 800 pekerja film dengan masa kerja 3-4 tahun. Film Avatar menyerap tambahan 900 pekerja film. Produksi film animasi The Hobbit dan Tintin tengah dikerjakan di Selandia Baru dan diperkirakan dirilis pada 2012.
Kerja sama produksi antara Indonesia dan Selandia Baru adalah melibatkan sumber daya manusia (SDM) di bidang animasi dalam produksi bersama film animasi sehingga memiliki pengalaman internasional atau jejaring kerja baru. Hasil lainnya adalah transfer teknologi sehingga SDM Indonesia dapat memproduksi sendiri untuk pasar Selandia Baru.
Adapun Duta Besar RI untuk Seoul, Nicholas T Dammen, menyampaikan bahwa perkembangan dunia animasi Korea Selatan juga terjadi karena pendidikan animasi mendukung para calon animator. Di Korea Selatan terdapat 100 universitas yang memiliki jurusan animasi. Ada juga 50 sekolah kejuruan animasi setingkat SMA.
Kisah sukses industri animasi Korea Selatan adalah The Magic of Pororo di mana penjualannya diperkirakan mencapai 35 juta dollar AS. Peluang bisnis bagi pengusaha animasi Indonesia adalah menjajaki peluang untuk mendapatkan porsi subkontraktor dari industri animasi Korea Selatan, juga mencari kemungkinan untuk kerja sama dengan industri Korea Selatan dalam membuat film animasi tiga dimensi khas Indonesia.
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Gatot Abdullah Mansyur, menyampaikan bahwa peluang pasar industri kreatif di Arab Saudi terdapat dalam bidang periklanan, arsitektur, barang kerajinan tangan, desain, fashion, permainan interaktif, penerbitan dan percetakan buku, kuliner, kosmetik, spa atau pijat refleksi, serta obat tradisional.
Adapun Konsulat Jenderal Indonesia untuk Chicago yang mewakili duta besar RI untuk Amerika Serikat menyampaikan bahwa industri animasi merupakan salah satu bagian industri kreatif di Amerika Serikat yang berkembang pesat dan terbesar di dunia, khususnya untuk sektor film layar lebar dan serial televisi. Industri animasi Amerika Serikat adalah salah satu industri yang tidak mengalami pengaruh dari krisis ekonomi Amerika Serikat. Bahkan salah satu sektornya, yakni sektor permainan (gaming) komputer atau video, mengalami peningkatan di masa krisis.
Beberapa faktor yang membuat industri animasi Amerika Serikat maju adalah teknologi perfilman, pembuatan karakter terhadap animasi, dan kemampuan individual para animator, serta dukungan Pemerintah Amerika Serikat yang memainkan peranan penting dalam mengembangkan industri ini. Peluang Indonesia adalah belajar bagaimana Amerika Serikat mengembangkan industri animasinya dan mengambil kesempatan bisnis outsourcing dari perusahaan-perusahaan animasi di Amerika Serikat.
Adapun kekuatan industri animasi Inggris menurut Duta Besar RI untuk Inggris, Yuri O Thamrin, adalah dari daya kreativitas, keunggulan di desain karakter dan cerita animasi anak-anak, kemampuan teknologi, infrastruktur pendidikan, adanya festival animasi kelas dunia, menguasai jejaring pemasaran dan produksi, juga karena keunggulan bahasa. Bentuk-bentuk peluang kerja sama yang bisa dimanfaatkan dengan Inggris adalah dalam penyelenggaraan festival tingkat dunia, jaringan produksi dan pemasaran, kekayaan ide, inovasi, dan kreativitas. Keunggulan kemampuan teknologi dan tingkat profesionalitas jug bisa dipelajari dari Inggris.
Menurut Yuri, diperlukan strategi yang komprehensif, efektif, dan terpadu dalam mengembangkan industri animasi nasional. Pembinaan dari awal merupakan faktor penting. Dukungan pemerintah dalam bentuk pembiayaan (grant), kuota jam tayang, pilot project atau prototipe, program inkubasi, insentif pajak, dan sebagainya sangat penting, khususnya dalam tahap pengembangan industri animasi nasional.
Pemerintah juga harus mengadakan festival dan kompetisi terkait industri kreatif dan animasi. Perlu penajaman peta kekuatan dan kelemahan industri animasi Indonesia, mencakup jumlah studio animasi, SDM, daerah-daerah unggulan, keunggulan teknologi, dan spesialisasi yang diandalkan, jumlah program pendidikan animasi yang ada, kurikulum pendidikan, dan sebagainya.
Dalam konteks pengembangan kerja sama di bidang animasi, perlu identifikasi atau insentif yang dapat ditawarkan secara konkret oleh Indonesia untuk industri animasi negara lain, misalnya Inggris, dalam rangka pengembangan industri animasi nasional.
Bertempat di Cendrawasih 3 Jakarta Convention Center, acara yang diberi nama Ambassador Connect ini menghadirkan lima duta besar RI. Mereka adalah duta besar RI untuk Selandia Baru, Arab Saudi, Inggris, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Acara ini digelar pada Kamis (7/7/2011).
Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Agus Sriyono, menyampaikan kesuksesan film Avatar yang sarat dengan konten digital animasi dan efek visual. Selandia Baru menyerap tenaga kerja sekitar 7.000 orang, tidak termasuk tenaga kontrak jika ada film baru. Film Lord of The Ring menyerap tambahan 800 pekerja film dengan masa kerja 3-4 tahun. Film Avatar menyerap tambahan 900 pekerja film. Produksi film animasi The Hobbit dan Tintin tengah dikerjakan di Selandia Baru dan diperkirakan dirilis pada 2012.
Kerja sama produksi antara Indonesia dan Selandia Baru adalah melibatkan sumber daya manusia (SDM) di bidang animasi dalam produksi bersama film animasi sehingga memiliki pengalaman internasional atau jejaring kerja baru. Hasil lainnya adalah transfer teknologi sehingga SDM Indonesia dapat memproduksi sendiri untuk pasar Selandia Baru.
Adapun Duta Besar RI untuk Seoul, Nicholas T Dammen, menyampaikan bahwa perkembangan dunia animasi Korea Selatan juga terjadi karena pendidikan animasi mendukung para calon animator. Di Korea Selatan terdapat 100 universitas yang memiliki jurusan animasi. Ada juga 50 sekolah kejuruan animasi setingkat SMA.
Kisah sukses industri animasi Korea Selatan adalah The Magic of Pororo di mana penjualannya diperkirakan mencapai 35 juta dollar AS. Peluang bisnis bagi pengusaha animasi Indonesia adalah menjajaki peluang untuk mendapatkan porsi subkontraktor dari industri animasi Korea Selatan, juga mencari kemungkinan untuk kerja sama dengan industri Korea Selatan dalam membuat film animasi tiga dimensi khas Indonesia.
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Gatot Abdullah Mansyur, menyampaikan bahwa peluang pasar industri kreatif di Arab Saudi terdapat dalam bidang periklanan, arsitektur, barang kerajinan tangan, desain, fashion, permainan interaktif, penerbitan dan percetakan buku, kuliner, kosmetik, spa atau pijat refleksi, serta obat tradisional.
Adapun Konsulat Jenderal Indonesia untuk Chicago yang mewakili duta besar RI untuk Amerika Serikat menyampaikan bahwa industri animasi merupakan salah satu bagian industri kreatif di Amerika Serikat yang berkembang pesat dan terbesar di dunia, khususnya untuk sektor film layar lebar dan serial televisi. Industri animasi Amerika Serikat adalah salah satu industri yang tidak mengalami pengaruh dari krisis ekonomi Amerika Serikat. Bahkan salah satu sektornya, yakni sektor permainan (gaming) komputer atau video, mengalami peningkatan di masa krisis.
Beberapa faktor yang membuat industri animasi Amerika Serikat maju adalah teknologi perfilman, pembuatan karakter terhadap animasi, dan kemampuan individual para animator, serta dukungan Pemerintah Amerika Serikat yang memainkan peranan penting dalam mengembangkan industri ini. Peluang Indonesia adalah belajar bagaimana Amerika Serikat mengembangkan industri animasinya dan mengambil kesempatan bisnis outsourcing dari perusahaan-perusahaan animasi di Amerika Serikat.
Adapun kekuatan industri animasi Inggris menurut Duta Besar RI untuk Inggris, Yuri O Thamrin, adalah dari daya kreativitas, keunggulan di desain karakter dan cerita animasi anak-anak, kemampuan teknologi, infrastruktur pendidikan, adanya festival animasi kelas dunia, menguasai jejaring pemasaran dan produksi, juga karena keunggulan bahasa. Bentuk-bentuk peluang kerja sama yang bisa dimanfaatkan dengan Inggris adalah dalam penyelenggaraan festival tingkat dunia, jaringan produksi dan pemasaran, kekayaan ide, inovasi, dan kreativitas. Keunggulan kemampuan teknologi dan tingkat profesionalitas jug bisa dipelajari dari Inggris.
Menurut Yuri, diperlukan strategi yang komprehensif, efektif, dan terpadu dalam mengembangkan industri animasi nasional. Pembinaan dari awal merupakan faktor penting. Dukungan pemerintah dalam bentuk pembiayaan (grant), kuota jam tayang, pilot project atau prototipe, program inkubasi, insentif pajak, dan sebagainya sangat penting, khususnya dalam tahap pengembangan industri animasi nasional.
Pemerintah juga harus mengadakan festival dan kompetisi terkait industri kreatif dan animasi. Perlu penajaman peta kekuatan dan kelemahan industri animasi Indonesia, mencakup jumlah studio animasi, SDM, daerah-daerah unggulan, keunggulan teknologi, dan spesialisasi yang diandalkan, jumlah program pendidikan animasi yang ada, kurikulum pendidikan, dan sebagainya.
Dalam konteks pengembangan kerja sama di bidang animasi, perlu identifikasi atau insentif yang dapat ditawarkan secara konkret oleh Indonesia untuk industri animasi negara lain, misalnya Inggris, dalam rangka pengembangan industri animasi nasional.
0 komentar:
Posting Komentar