Munculnya desakan dari sejumlah bupati di Bali untuk merevisi Perda nomor 16 tahun 2009 tentang RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) membuat panas kuping para mahasiswa dan sejumlah LSM pecinta lingkungan Bali. Mereka pun bersatu untuk menolak adanya revisi Perda RTRW karena berpotensi menodai nilai-nilai kearifan lokal.
Puluhan mahasiswa dan gabungan LSM seperti WALHI, LBH, dan Manikaya Kauci, Selasa (22/2/2011) siang tadi mendatangi kantor DPRD Bali untuk berunjuk rasa menuntut anggota Dewan tak terpancing desakan untuk merevisi Perda tersebut. Bagi pengunjuk rasa, Perda RTRW ini mampu membatasi eksploitasi lingkungan melalui nilai-nilai kearifan lokalnya diantaranya ketentuan ketinggian bangunan dan radius kesucian Pura.
"Mereka yang menginginkan adanya revisi hanya menggunakan paradigma politik ekononomi pariwisata," ujar Harris, Koordinator Lapangan disela-sela unjuk rasa.
"Kita dengan tegas menolak kebijakan merevisi RTRW karena revisi bukan solusi yang tepat dan menjamin terciptanya kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan alam budaya Bali," tegasnya.
Selain berorasi para pengunjuk rasa ini juga menggelar aksi teatrikal dengan tema permainan sepak bola. Mereka menyimbolkan sebuah bola berwarna hitam sebagai Perda RTRW dan sebuah papan skor 2 tim yang bertanding yakni Investor dan Lingkungan. Di papan skor ini tertulis Investor memenangkan pertandingan dengan skor 2-1 terhadap Lingkungan. Sayangnya, dalam unjuk rasa kali ini tidak ada satu anggota Dewan yang turun menemui pengunjuk rasa. Mereka akhirnya membubarkan diri setelah membacakan pernyataan sikap.
.jpg)
0 komentar:
Posting Komentar